Menurut Ketua Wakil Ketua Bidang Operasional Keamanan Jaringan Id-SIRTII, M. Salahuddien, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia karena artinya dipercaya negara lain untuk duduk di kepengurusan tim pengawas internet Asia Pasifik itu.
"Tetapi konsekuensinya, kita dituntut membuktikan kontribusi yang manfaat bagi anggota APCERT. Itu tantangan ke depannya. Kalau terpilihnya itu barangkali tidak terlalu sulit karena kita hanya perlu lobi ke sedikitnya 12 pemilik suara. Dan kebanyakan memang sudah ada hubungan baik atau tim baru yang perlu dukungan Indonesia," tukasnya.
Id-SIRTII saat ini memang tengah menjadi tuan rumah APCERT Annual General Meeting yang berlangsung di Bali. Dari 6 kandidat, dipilih 4 dan Id-SIRTII mendapat 13 suara dari 17 pemilih (2 tidak hadir).
"Jumlahnya 8 tim dari negara-negara anggota untuk masa 2 tahun dan setiap tahun ada 4 yang habis term-nya, jadi memang periode jabatan tidak sekaligus berakhir, tapi ada selisih," lanjut pria yang akrab disapa Didin Pataka ini.
Sementara untuk posisi chair alias ketua kembali terpilih Jepang CERT/CC, dan sekretariat alias co-chair Korea CERT/CC. Id-SIRTII sendiri terpilih sebagai anggota bersama CERT/CC China dan CERT Australia.
Sebelumnya, tim pengawas internet Indonesia yang baru berganti pengurus itu juga baru menandatangani MoU dengan CNCERT/CC China. Dimana sebelumnya Id-SIRTII sudah punya MoU dengan MyCERT/CC Malaysia dan JPCERT/CC Jepang.
Masuk dalam kepengurusan APCERT sejatinya bukan yang pertama untuk Indonesia. Sebab, Indonesia ada 2 tim yang mewakili, yang sudah ada lebih dulu adalah Id-CERT, sementara Id-SIRTII masuk sebagai observer pada tahu 2008, lalu menjadi general member 2009 dan 2010 menjadi full member.
Pertemuan tahunan APCERT di Bali sendiri dihadiri oleh 17 dari 19 negara dan 29 dari 36 tim anggota. Satu negara memang bisa memiliki beberapa tim seperti Indonesia.
"Acara ini juga dihadiri undangan dari luar anggota, ada wakil OIC-CERT yaitu organisasi CERT negara konferensi Islam, US CERT Amerika, Spamhauss organisasi pengembang anti spam terbesar di dunia, ENISA forum CERT negara-negara Uni Eropa, CERT-FI dari Finlandia, semua memberikan sharing pengalaman," jelas Didin.
Menjadi anggota komunitas keamanan cyber dunia ini dinilai sangat penting karena akan memiliki akses kepada informasi, sumber daya dan dukungan kerjasama dalam berbagai hal dari negara-negara lain.
Terlebih, sifat dari ancaman cyber itu lintas batas ruang dan waktu sehingga apabila tanpa dukungan negara-negara lain akan sangat sulit melakukan antisipasi.
"Salah satu bentuk manfaat yang dapat dirasakan secara nyata adalah expert sharing, training, material pengetahuan, tools serta asistensi untuk capacity building, serta lesson learn yang tidak bisa kita pelajari dari sumber lain/buku," Didin menandaskan.