Eropean Space Agency (ESA), NASA, Secure World Foundation dan badan lainnya telah mempelajari langit secara seksama. Badan-badan ini khawatir asteroid menghantam Bumi. Selain itu, badan-badan ini juga mulai memikirkan cara menangkis hantaman asteroid yang mampu menghancurkan planet. Meski hingga kini badan tersebut belum mendeteksi batu luar angkasa tersebut, internet telah dihebohkan asteroid Apophis berdiameter 487 meter.
Ahli luar angkasa meramalkan, asteroid ini akan merobek langit Bumi dan menghantam Bumi pada 2036. Namun, seperti pada film, selalu ada pilihan untuk mengindarinya. “Kejadian ini telah terjadi di masa lampau. Hal ini akan terjadi lagi,” ujar Dr Gerhard Drolshagen dari Space Situational Awareness ESA. Seperti pada film ‘Armageddon,’ tim joki ruang angkasa mencoba meledakkan asteroid yang menuju ke Bumi. Pilihan ini menjadi pilihan pertama tentunya. ESA sendiri telah lama memikirkan rencana semacam ini.
Rencana ini disebut ‘Don Quijote,’ konsep 2005 buatan ESA ini melibatkan penembakan satelit yang disebut ‘penabrak’ pada asteroid ‘uji’ pada 2015 guna melihat apakah ‘senjata’ ini mampu menghancurkan batu angkasa itu. ‘Senjata’ ini bukan bom seperti di film namun tetap menarik. “Jika nanti benar ada asteroid terdeteksi, kami ingin melakukan sesuatu. Defleksi dipastikan menjadi salah satu pilihannya,” kata sumber dari ESA. Namun, meski cerita ini terus digembar-gemborkan Daily Mail, Don Quijote telah lama ditutup.
“Don Quijote hanya menjadi misi studi saja. ESA tak lagi menggarap misi ini lagi,” kata juru bicara ESA Andreas Schepers. Namun demikian, ESA dan beberapa badan luar angkasa lain telah bekerja merencanakan misi cara terbaik menangkis asteroid beberapa dekade terakhir. Misalnya pada Juli 2005, NASA sengaja mengirim satelit penabrak dan menabrak komet Tempel 1. Badan antariksa Eropa ini baru-baru ini mengkonsentrasi mata asteroidnya pada SSA yang bergantung pada teleskop yang dibuat khusus astronom amatir.
Selain itu, terdapat kolaborasi dengan lembaga-lembaga antariksa lain seperti Minor Planet Center Smithsonian Institute dan Secure World Foundation untuk mempelajari langit ketika ada bahaya. Badan ini membayangkan beberapa cara liar menangkis asteroid, ujar Drolshagen. Ia mengakui, teknik bergaya ‘Armageddon’ belum tentu yang terbaik. “Cara itu bukan cara untuk melakukannya,” katanya.
Mengatur ulang jalur asteroid bisa sesederhana menyebar selembar plastik putih di atasnya. Jika terdeteksi cukup jauh di ruang angkasa, kekuatan sinar matahari yang menerpa lembaran itu cukup untuk untuk menggerakkannya. “Cat asteroid itu dengan warna putih untuk meningkatkan reflektifitas,” kata Drolshagen. Alternatifnya, satelit mendaratkan motor kecil dengan pendorong pada asteroid yang tenaganya cukup untuk membelokkan jalur asteroid, mengingat asteroid telah lama terdeteksi. Atau, cukup dengan menggunakan laser.
“Arahkan laser ke permukaan dan keluarkan beberapa bahan dari dalamnya. Ini bisa dilakukan dengan cara yang sangat terkendali,” ujarnya. Ide ketiga, ‘proyektor massal’ perlahan-lahan dipahat di permukaan asteroid. Selain itu, ada pula konsep traktor gravitasi, pesawat ruang angkasa besar dengan ukuran beberapa ton bisa memperlambat asteroid dari jalurnya dengan kekuatan massal yang menakjubkan.
“Jika punya beberapa pekan atau bulan, Anda bisa perlahan-lahan menyingkirkannya,” ujar Drolshagen. Dorongan kecil, satu sentimeter per detik dalam perubahan kecepatan, akan cukup mengubah arahnya jika Anda punya waktu 20 tahun, lanjutnya. Menurutnya, ide-ide tersebut sangat realistis. Konsep yang lebih eksotis adalah, sebuah ledakan di dekat permukaan yang bisa mengeluarkan materi, laser, traktor magnet, bahkan layar untuk memanfaatkan angin surya.
Namun, jika asteroid ditemukan mengarah Bumi dan baru diketahui dalam beberapa bulan, “Kita berada dalam kesulitan”. Meledakkan asteroid ini tampak mustahil jika tak terdeteksi saat jaraknya cukup jauh, “Saat ini kita tak mampu melakukannya dan tak ada rencana untuk melakukannya”. Untungnya para ahli menyetujui, sebagian besar asteroid besar di dekatnya telah terdeteksi. Namun bahkan, asteroid kecil bisa berpotensi menghancurkan. “Apa pun yang berdiamter lebih dari 300-400 meter mampu menyebabkan kerusakan skala benua,” kata peneliti di Caltech Stephen Wolters.
Itulah mengapa program ESA ini ada, serta program-program serupa dari NASA dan lembaga antariksa lainnya. Selalu ada pilihan.